Teknik marketing semakin beragam dan menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Dari mulai aspek psikologinya disentuh, aspek emosinya, visualnya dan aspek yang lainnya. Dan warna merupakan salah satu aspek visual yang menjadi pertimbangan utama dalam dunia marketing.
Warna memiliki kemampuan untuk membangkitkan emosi seseorang. Memiliki pengaruh besar terhadap psikologi seseorang. Keistimewaan yang menjadikan warna sebagai salah satu media komunikasi yang sering dikatakan lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata. Dalam dunia marketing dan branding, warna digunakan sebagai metode untuk menyampaikan arti dan pesan dari produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan.
Hasil penelitian dari The Interactive Effects of Color menunjukkan bahwa hubungan antara warna dan brand terletak pada kemungkinan kesesuaian yang mereka miliki. Ciri fisik atau tema yang diusung oleh suatu brand dengan representasi warna tertentu akan menghasilkan suatu kepribadian kepada jenis produk tersebut.
Warna sebagai media pembangun mood
Suatu produk pastinya mengusung suatu tema spesifik untuk disampaikan kepada konsumen. Melalui warna, tema tersebut diselipkan melalui pesan implisit hingga terbentuk mood di antara konsumen. Sebagai contoh, kesan bersih dan simple dapat didapatkan, dan akan secara otomatis menjadi ekspektasi mayoritas orang, jika ditampilkan dengan warna putih. Contoh lainnya, warna merah kental akan kesan berani dan semangat. Sementara, warna oranye memiliki sifat bawaan yang menyenangkan dan penuh percaya diri. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan untuk menarik atensi secara instan. Itulah mengapa gradasi kedua warna ini kerap dipakai dalam kemasan maupun promosi produk makanan.
Baca juga:
- 7 Tips Praktik Social Media Marketing yang Efektif untuk Freelancer
- Marketing : Efek Costumer Evangelist
Warna berdasarkan Gender
Sebagaimana yang telah disebutkan, warna adalah perspektif personal yang mengandung relativitas. Salah satu aspek yang memengaruhi adalah perbedaan gender. Bersama dengan faktor penentu lain seperti perbedaan lingkungan dan kemajemukan budaya suatu kelompok, kesepakatan rasa pada warna bisa jadi sulit untuk didapatkan. Dalam hal ini, mengetahui target pasar Anda dan menyeleksi pilihan warna yang menjadi favorit atau kurang favorit di antara kedua gender akan membantu Anda dalam strategi pemasaran.
Laki-laki cenderung memilih warna yang kuat. Sementara wanita cenderung menyukai warna-warna kalem. Gradasi warna yang dalam dengan tambahan warna hitam (shades of color) adalah pilihan mayoritas kaum pria. Sementara itu, gradasi warna cenderung lebih lembut dengan tambahan warna putih (tints of color) lebih banyak dipilih kaum wanita. Jika produk yang Anda usung ditujukan untuk satu kelompok gender, mempelajari perbedaan persepsi warna kedua kubu gender sangatlah disarankan. Namun, jika Anda mengusung produk yang ditujukan untuk kedua kubu, pilihan warna seperti biru, hitam, dan putih adalah pilihan netral yang dapat Anda jadikan referensi.
Perpaduan Warna yang Unik adalah Kunci Utama
Orang akan jauh tertarik kepada hal-hal yang bebeda. Sama halnya dengan warna. Warna yang merupakan kombinasi atau gradasi dari warna pokok cenderung lebih banyak disukai. Warna dengan nama yang unik pun cenderung dapat meningkatkan penjualan meskipun Anda tidak pernah menyertakannya dalam kemasan atau promosi Anda. Suatu penelitian menyebutkan bahwa warna mocca jauh lebih banyak dipilih jika dibandingkan dengan warna coklat, terlepas dari keidentikan keduanya.
Warna adalah hal pertama yang menarik perhatian konsumen. Sama halnya dengan rasa, warna adalah sesuatu hal yang relatif. Namun, selalu ada kesepakatan diantara mayoritas orang mengenai tema ataupun feeling yang dihadirkan oleh sebuah warna. Hal inilah yang dijadikan sebagai media untuk menarik perhatian konsumen akan produk atau jasa yang Anda tawarkan. Pilihan warna yang sesuai dengan brand Anda akan menggerakkan rasa ingin tahu konsumen atas produk atau jasa yang Anda bawa. Sebaliknya, pemilihan warna yang kurang tepat akan mengalihkan perhatian mereka.