Kita berada pada masa semua orang menjadi netizen (warga internet). Berkat kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan murah, sekarang siapa saja bisa menjadi teman Anda. Tidak peduli dia itu presiden, menteri, artis, direktur, atau office boy sekali pun. Anda secara fisik hidup di sebuah negara, tetapi Anda mampu melakukan kontak dengan siapa pun lewat jaringan internet yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Seakan-akan Anda tinggal di balik dinding triplek gipsum. Anda bisa menyimak pembicaraan, buah pikiran, atau ide-ide mereka hanya dengan mengamati dongeng atau linimasa mereka di Twitter atau media sosial lainnya.
Kadang internet itu baik, di sisi lain bisa menjadi buruk. Baiknya karena internet membuat segalanya menjadi mungkin. Pada bagian buruknya, segala yang tidak baik bisa juga menjadi mungkin. Seperti kasus penculikan, penipuan admin toko online, pembajakan hak cipta, pelanggaran privasi, sikap yang tidak sopan dalam berinteraksi, dan lain sebagainya.
Internet juga mempersilakan semua orang berpendapat tanpa dasar yang kuat atau hanya berdasarkan prasangka semata. Siapa saja bisa mengatakan apa saja, tanpa disensor. Kalau dalam bisnis: semua orang bisa mengatakan apa saja tentang produk yang mereka jual – baik atau buruk – tanpa bisa dicegah dan dalam hitungan sepersekian detik menyebar ke mana-mana.
[wdca_ad id=”8633″ ]
Kita semua setara, selevel, kita semua berada dalam gelombang frekuensi yang sama. Obrolan target pasar Anda bisa melesat ke mana-mana, bahkan di luar target Anda. Misalnya: target pasar Anda adalah ibu-ibu yang hobi masak dan ingin memborong panci bermerek “Semoga Awet”. Ternyata ibu-ibu tersebut banyak mendapat respon dari netter para bapak yang berpendapat bahwa panci Anda tidak awet. Dari cerita sederhana seperti ini, bisa membuat calon pembeli batal membeli produk Anda.
Robert Mc Kee, seorang penulis naskah film dari AS mengatakan, “ Untuk bisa menjalin hubungan perasaan yang sangat dalam dengan seseorang, Anda membutuhkan cerita”. Cerita menyebar seperti virus: ada di mana-mana – entah bagaimana caranya sebuah cerita sampai di telinga kita. Padahal kita sendiri mungkin tidak dengan sengaja mendengar cerita tersebut. Cerita ini menular – kalau ceritanya menarik, orang yang mendengar dengan sukarela akan menyebarkannya kepada orang lain.
Cerita yang paling heboh akan dengan otomatis diceritakan berulang-ulang kali. Sehingga cerita itu menempel kuat dalam ingatan kita. Seperti kisah Maling Kundang, Roro Jonggrang, Putri Salju, atau Cinderalla si upik abu.
Marketing juga pada dasarnya adalah upaya bercerita tentang produk yang kita jual. Meskipun sudah banyak merek yang merasa dirinya “menceritakan sesuatu”, tetapi pada kenyataannya cerita mereka dangkal, terlalu berpromosi, dan terasa dibuat-buat. Coba kita lihat contoh yang satu ini. Artis perempuan Indonesia yang jago bercerita adalah Syahrini. Ia membuat setidaknya lima kehebohan agar tetap bisa melekat di benak orang lain.
1. Model rambut jambul khaturistiwa
2. Foto –foto unik di media sosial
3. Ucapan : “Sesuatu banget, cetar membahana badai halilintar”.
4. Goyang Moreno
5. Berpose dengan Lamborgini
Nah, inilah The Miracle of Story Telling ala Syahrini. Tentunya sebagai seorang freelancer, Anda pun bisa menirunya dengan cara yang lebih kreatif. Selamat mendongeng sambil menjajakan produk terbaik Anda.
Referensi :
1. Marketeers, edisi bulan Februari 2011
Mr. Bejo
suka banget sama kutipannya Robert Mc Kee, dari dlu gw selalu salut sama orang yang bisa menuliskan cerita, persuasif opini, propaganda dll. mereka bisa mempengaruhi hati dan perasaan orang dari tulisan ataupun film, dan itu terus terang pasti susah sekali.
Thanks infonya