Selama saya berkarir sebagai freelance web designer, saya selalu berpendapat bahwa semakin luas saya bisa menjangkau pasar, semakin baik. Saya ambil semua proyek yang bisa saya ambil, dan hanya mensortir berdasarkan harga dan juga tingkat kenyamanan saya dengan klien/calon klien tersebut. Saya tidak pernah menspesialisasikan diri di bidang tertentu (misal: hotel, resto, dll) dan tidak pernah terpikir bagi saya untuk melakukannya. Makin banyak bidang yang saya raih, makin baik bukan? Ternyata tidak selalu seperti itu.
Satu bulan yang lalu saya diminta bergabung menjadi web designer oleh Sucofocus Ltd, salah satu perusahaan pembuat situs web yang berlokasi di UK dan menspesialisasikan diri membuat situs untuk dokter gigi (sekitar 90% klien mereka adalah dokter gigi). Sungguh terkejut saya ketika melihat situs mereka. Mengapa mereka mau melakukan itu? Saya tidak habis pikir.
Dengan rasa penasaran tersebut (dan juga gaji yang memadai :P), saya akhirnya bergabung. Hal pertama yang saya lakukan ketika mendapat kesempatan untuk bercakap-cakap dengan bos saya (yang juga pemilik agensi desain tersebut) adalah mengenai langkah bisnis yang dia ambil dan juga alasannya. Sungguh menarik pembahasan tersebut karena prinsip yang dia pegang sangatlah berlawanan dengan yang sudah teguh saya jalankan selama ini. Saya mati-matian memperluas bidang bisnis saya dan dia menspesialisasikan perusahaannya ke satu bidang yang sangat spesifik: Dokter Gigi!
Saya tanyakan dengan jelas tentang mengapa pada awalnya dia sangat yakin bahwa pola bisnis seperti itu akan sukses. Dia menjawabnya dengan 3 alasan sederhana:
1. Very wide market (Pasar yang sangat luas)
Ada sekitar 60,0000 dokter gigi (baik pribadi maupun badan hukum) di UK dan dalam 6 tahun, mereka baru menyentuh kira-kira 8% dari pasar tersebut. Masih panjang dan luas sekali pasar yang bisa mereka kejar.
Carilah pasar niche yang mempunyai pasar yang bisa membuat Anda bisa mempertahankan bisnis Anda selama bertahun-tahun kedepan.
2. We’re good at it! (Kami jagonya!)
Menghadapi klien yang mempunyai bidang yang sama secara terus menerus tentunya akan membuat kita semakin mudah untuk mengatasi masalah dan juga dalam memahami keinginan klien. Mereka kurang lebih akan meminta hal yang sama dan masalah yang dihadapi tentunya tidak akan jauh berbeda, ok mungkin tetap saja ada masalah aneh-aneh yang terjadi, tapi tidak perlu spesialisasi juga bisa saja mengalami keanehan!
Bisa karena biasa, jago karena keseringan π
3. Who you gonna call? (Dokter gigi? Telpon saja kami)
Ingat frase di atas? Itulah kata-kata yang digunakan oleh Ghostbuster ketika mengiklankan layanan mereka (di tv series mereka tentunya). Ketika hantu datang, Anda tahu harus menelpon siapa. Nah, efek yang sama akan terjadi ketika Anda menspesialisasikan diri.
Ketika Anda sudah mengusai suatu niche, orang yang membutuhkan niche tersebut akan langsung menghubungi Anda bila dibutuhkan. Praktis bukan?
Who you gonna call? ME ME ME! π
Jujur saja setelah percakapan tersebut dengan bos saya, saya jadi langsung ingin menspesialisasikan diri di bidang tertentu (yang pasti bukan dokter gigi). Saya tentunya akan mencari niche yang cukup luas dan yang sudah pernah saya kerjakan dengan baik sebelumnya. Kira-kira enaknya apa ya?
H
Nice + interesting point of view!
Tapi ada satu hal yang menurut gue harus diperhitungkan: rasa bosan. π Akan ada satu saat nanti saat kita akan ngerasa bosan dan rindu akan tantangan menghasilkan solusi untuk line of business lain. “Yah.. ini lagi-ini lagi. Gigiiii melulu..” (Misalnya begitu) dan ketika melihat sebuah website entertainment yang bagus banget, kita ngerasa “Oh andaikan gue dapet kerjaan bikin site seperti ini”.. π
But, interesting point of view nevertheless..
taufiq
Yup, good point..
menurut gue emang salah satu cara unutk membedakan kita dengan banyaknya penyedia jasa yang sama (web designer misalnya ) yang kita tau bejibun, yah dengan “spesialisasi”!
e.g adii yang dengan tag “freelance wordpress rockstar” jadi ga heran juga kalo search di google untuk web designer wordpress dia duluan yang muncul.
Aria Rajasa
Betul sekali pak H, rasa bosan memang menjadi kendala. Setelah satu bulan disini saya juga cukup bosan dengan dokter gigi, maka dari itu saya masih mengerjakan side job untuk menghilangkan bosan.
Persentase yang saya lakukan si kira2 80 untuk pekerjaan utama – 20 untuk bidang lain yang menarik π
zaM
mencoba mengambil spesialisai sebagai “PSD/PNG to XHTML & CSS Hand Coder”, dan masih menerima project seperti pembuatan mockup web, cms joomla & wordpress sebagai sidejob biar nggak bosan π Anda perlu slicing XHTML/CSS? hubungi kami, kami jagonya! π
Daus
Saya mengkhususkan diri di mockup design, karena memang saya tidak bisa coding π
Coni
Sayang sampai saat ini saya masih mencari niche yg tepat
Memang sih menggarap satu niche aja klo dimaksimalkan hasilnya akan besar
Adi Nugroho
OOO, takkirain spesifikasi seperti apa, ternyata dalam hal klien . Dalam pemikirin saya spesifikasinya itu ya kalau kita suka CMS ya harus CMS terus, jangan tiba2 mengiyakan klien yang meminta aplikasi desktop …
Sekedar sharing aja, di tempat kuliah sy (dan kebanyakan di Indonesia pada bidang Informatika/Komputer) gak ada yang fokus, semua dipelajari, Database, Data Warehouse, Jaringan, Manajemen Proyek, Web Programming, CMS, AI, Pengolahan Citra Digital, Perawatan Software, dll …
Sama sekali gak fokus, jadi kasian kalo liat temen2 yang udah ahli dibidang Pengolahan Citra Digital (yang seharusnya dilanjutkan dengan menjadi peneliti) tiba2 harus menghadapi realita, harus berurusan dengan Programming Web supaya mendapat penghasilan setelah lulus. Lama kelamaan ilmu mereka yang lama semakin hilang dan untuk menghadapi realita pun harus belajar dari awal lagi (pastinya butuh waktu yang tidak sebentar).
Aria Rajasa
@Adi Resiko dunia IT si kalo harus belajar ulang banyak hal ketika sudah lulus, semua yang saya pelajari di dunia kuliah sekarang juga sebagian besar sudah obsolete. Yang penting kan konsep dan pola pikir, teknik si bisa dipelajari asal 2 dasar itu kuat π
bek
saya dari dulu pengen fokus..tapi sampe sekarang belum bisa..
ngerjain web mulai dari konsep – design sampe full running..ikz ikz
pengen bisa spesialis di satu hal..tapi masih bingung di bidang mana pengen fokusnya π
genzoeri
wah baru kepikiran saya π
Pangsa pasar mana yah di Indonesia yg masih potensial … ??
oxidizzy
niche? saya perlu melakukan survey bertahun” utk menemukan yg pas. Sejak 2005 saya bangun oxidizzy awalnya konsentrasi ke ilustrasi vektor, tapi yg nama nya improve dan perkembangan bakal sulit di bendung. Sekarang saya berada di antara oxidizzy yg setengah clothing brand dan setengah freelance illustrator.
Beberapa buku emang menyarankan “anda tidak perlu jadi segalanya” tapi kalo udah gini cerita nya, ya kita mesti ikut arus donk??
gmn menurut anda?
Yanni
Yub… sepakat banget ama nyang nulis.
Jadi spesialis itu penting banget. Kita umpamakan kita mau oprasi jantung, milih dioprasi ama dr. spesialis jantung ato dr. umum….hayooo π
Lagian dimana-mana yang namanya dokter spesialis itu harganya lebih mahal. Ini bisa dikorelasikan ama kerjaan kita sebagai orang IT. Saya sendiri misalnya, saya seneng ama Pengolahan Citra Digital, pernah bikin penelitian yang cukup menantang (versiq sendiri π ). Saya pernah buat penelitian tentang pemodelan 3Dimensi dengan inputan peta Topografi. Dari situ saya dipercaya oleh salah seorang rekan yang punya jam kerja cukup tinggi, bahkan sampai level nasional. Beliaunya berani mengajak saya untuk menggarap tender setingkat nasional. (kalo tendernya jebol sih… hi..hi…hi…. π )
Topan Aprilia
Bener bgt Spesialis tu wajib,,setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. kelebihan itulah yg harus kita tampilkan jika kita ingin menjadi orang yg luar biasa, jg sampai kita hanya menutupi kekurangan, karena kita hanya akan menjadi orang yg biasa2 saja.
andi
pernah punya pegalaman mengerjakan proyek dengan teknologi baru yang memang belum dikuasai 100% gak mas? bagi2 pengalamannya dong
tks
grandchief
Yup spesialisasi memang dibutuhkan dan fokus dengan apa yang difokuskan,tetapi terkadang memang rasa jenuh mudah datang bila terus-terusan fokus mengambil bidang yang masih berhubungan guna menunjang pekerjaan utama mungkin bisa jadi solusinya.
Roy Armstrong
Baru aja saya apdet status di FB :
“kata dosennya temen saya, talenta itu seperti piramida, semakin ke atas semakin mengerucut. nah pas nyampe ke atas itu namanya keahlian.”
sah sah aja ngerjain banyak hal, tarnya jg ketauan skill kita kemana..sapa tau apa yg dikerjain skarang jadi ilmu buat ke depan.
Saya pribadi punya banyak hal yg saya sukai..dan semuanya saya latih, sepanjang itu adalah talenta saya.
di desain, saya suka branding, layout, typo, ilustrasi mulai dari drawing sampe vektor, belum lagi karena saya lulusan seni murni, saya belajar melukis, litho, sablon, dan berbagai pemikiran kritis di seputar seni. -asli bikin pusing belajar semua..hihi
di musik, saya ikut gabung ama band, belajar semua mulai dari alat musik, aransemen, bkn lagu ampe bisnis seputar dunia musik.
di komputer, memplajari berbagai software, internet, perkembangan internet, ampe dunia marketing dan segala apdetan didalamnya yang bkn mata ga berkedip kalo buka komputer.
sampe sekarang saya sendiri bingung saya kerjaannya apa, tapi kalo diliat dari status saya hari ini..saya jadi ngerti..semua itu emng kudu dilalui supaya kita mencapai puncak..
saya sendiri punya mimpi bisa dikenal sebagai orang kreatif, at least bisa diliat dari karyanya..
sama seperti kita melihat sosok Dik Doank, sejumlah profesi masih melekat di dirinya, belum lagi Uya Kuya..yang pernah dapet penghargaan MURI sebagai orang yang punya profesi terbanyak.
tuuman33
Yakk betul Mas Aria,,saya juga pernah berbincang-bincang hal sama dengan bos saya,yg maaf (kebetulan chinese). Saya pernah tanya kenapa masi bergelut dengan bisnis yg sekarang padahal saingannya udah banyak kanan-kiri. Eh dia cuma jawab simpel,selama kita expert diwilayah ini dan fokus pasti saingan gak ada artinya walau harus berpusing2 ria…Hehe…Begitulah spesialisasi…:)