Untuk membangun sebuah rumah, stasiun, pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, atau bahkan gedung parlemen pemerintah, dibutuhkan perhitungan matang bagaimana bentuk dan anggarannya. Apalagi membangun rumah tangga… *eh salah fokus yah?* š
Freelancer Image via Shutterstock
Sejak manusia bisa membuat sebuah tempat tinggal yang layak untuk dihuni, peradaban sudah sedemikian majunya. Tak lagi tinggal di dalam gua. Tentunya sudah pernah melihat atau minimal googling tentang rumah-rumah kuno atau tradisional yang ada di dunia ini. Manusia diberi akal untuk merancang dan membangun sesuai selera dan kebutuhan. Jika dahulu manusia hanya mementingkan sisi fungsi sebagai tempat berlindung dari cuaca dan hewan berbahaya, kini dalam perkembangannya ada unsur estetika, kenyamanan, dan tentu saja simbol status sosial yang melekat secara turun temurun.
Membantu Mengembangkan Imajinasi
Haruskah menggunakan jasa arsitek dalam membangun rumah? Seorang arsitek tentunya memiliki ilmu dan pengalaman dalam menentukan jenis material yang akan digunakan dan tahapan dalam membuat sebuah karya. Arsitek membantu mewujudkan hunian yang nyaman sesuai dengan anggaran.
Kita selalu banyak maunya. Ingin rumah dengan model begini dan begitu, tetapi ketika menemui arsitek, nyatanya tak selalu sesuai keinginan. Karena biasanya, khayalan kita ingin memiliki rumah dengan banyak ruang, tetapi arsitek mengatakan tidak efisien.
Menghemat Waktu dan Biaya
Arsitek akan selalu menanyakan anggaran yang tersedia, jumlah penghuni rumah, luas tanah yang akan dibangun, dan ruang apa saja yang dibutuhkan. Jika dalam impian, rumah idaman kita bernilai Rp 800.000.000,- ternyata boros di beberapa bagian: ruang keluarga terlalu besar, kamar tidur terlalu banyak, dan mungkin bentuk taman yang kurang cocok. Setelah berdiskusi dengan arsitek, ternyata kita bisa menghemat lebih dari seratus juta rupiah. Tentunya itu lebih melegakan. Semua kebutuhan terpenuhi tanpa harus membuang lebih banyak dana lagi.
Saya pernah menemukan sebuah rumah yang tampak tidak biasa (jika tak bisa disebut aneh). Saya iseng bertanya, “Kamu menggunakan arsitek mana, sih?” Dia menjawab bahwa dia sendiri yang menentukan semuanya. Dan ketika saya datang ke rumahnya, dia sudah merenovasinya lebih dari empat kali karena merasa tidak puas. Saya melihat ke langit-langit di beberapa ruangan dan sudut temboknya tidak tegak lurus. Justru nilai indahnya menjadi lenyap. Uang memang bukan masalah baginya. Tetapi membuang uang dan tenaga secara percuma juga tak bagus, kan?
Percaya Kepada Ahlinya
Mahalkah jasa arsitek? Tergantung dari mana kita menghitungnya. Jika melihat tabel yang dipublikasikan Ikatan Arsitek Indonesia, biasanya besar honor arsitek untuk membangun rumah tinggal berkisar antara 1,5-8,0% dari biaya bangunan. Ada juga yang menawarkan harga per mĀ². Teman saya menggunakan keduanya dan menyerahkan kepada klien sepenuhnya ingin memilih cara pembayaran dengan metoda yang mana.
Jika kita langsung menggunakan tukang bangunan, kemungkinan memakai ilmu kira-kira seperti yang saya tulis di atas. Bayangkan tinggi tembok yang tidak sama (meski berbeda hanya 2-3 sentimeter, cukup berpengaruh, kan?). Apakah memang ingin disebut nyentrik? Entahlah.
Lantas, apakah arsitek adalah pihak yang sama dengan yang membangun rumah? Seorang arsitek biasanya hanya terlibat di bagian perencanaan dan bagian pelaksanaan pembangunan diserahkan kepada kontraktor. Jika ingin meminta arsitek ikut mengawasi pembangunannya, bisa didiskusikan dari awal pertemuan.
Bagaimana pengalamanmu berurusan dengan arsitek? Sila berbagiĀ di kolom komentar ya š