Sebagai seorang freelance writer, berapakah standar tarif ideal saya? Apakah “harga” saya terlalu murah, atau justru terlalu mahal?
Dalam praktiknya, menentukan standar tarif sering kali menjadi masalah bagi para freelance writer, khususnya yang masih pemula. Pasalnya, tarif yang terlalu mahal bisa jadi penutup jalan datangnya klien potensial. Sementara itu, memasang tarif yang terlalu murah, bisa “menurunkan” standar, pendapatan, bahkan citra freelancer di mata klien. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menentukan tarif ideal seorang freelancer.
1. Menghitung Penghasilan Ideal
Ada banyak alat hitung yang bisa Anda gunakan, salah satunya dengan bantuan situs-situs yang menyediakan alat hitung bernama: Freelance Rate Calculator. Masukkan biaya hidup saat ini berikut biaya bisnis Anda—dan secara otomatis alat ini akan menghitung jumlah minimum “bayaran” yang Anda butuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Anda juga bisa menggunakan sistem MAR (Minimum Acceptable Rate). Adapun Anda tinggal memasukkan rumus hitung di bawah ini:
Pengeluaran Pribadi + Pengeluaran Bisnis + Pajak
Jam Kerja
Cara lain, bisa dilakukan dengan melihat gaji Anda sebelumnya, dan membaginya dengan jumlah kerja yang Anda siap lakukan. Tiga cara ini akan membantu Anda mendapatkan bayaran minimal, apabila kelak ada tawaran proyek yang harus Anda kerjakan. Namun, harus diingat, seiring perkembangan dan pengalaman Anda sebagai freelancer, jumlah minimum harus mengalami kenaikan.
2. Mempertimbangkan “Masa Depan”
Mulai sekarang, bayangkan masa depan Anda sendiri. Situasi hidup apakah yang menurut Anda paling ideal. Sebagai langkah awal, Anda bisa mengajukan beberapa pertanyaan seperti:
Sebesar apa rumah yang ingin saya miliki?
Berapa banyak kendaraan yang harus saya punya? Apa mereknya?
Bagaimana dengan perencanaan liburan? Saya ingin pergi berlibur setidaknya empat kali selama setahun…
Apakah saya butuh asisten rumah tangga?
Apakah saya ingin membuka bisnis?
Apakah saya butuh berinvestasi?
Dst.
Setelah mengajukan pertanyaan, ada baiknya untuk kembali merinci, berapa biaya yang Anda butuhkan untuk mencapai keinginan-keinginan itu, secara bertahap. Hal ini sangat berguna untuk mementukan pendapatan kotor Anda, atau berapa jumlah honor yang harus Anda terima per jamnya melalui freelancing.
3. Analisis Potensi Klien
Ada baiknya untuk terlebih dulu melihat potensi si calon klien, sebelum mematok harga. Mengerjakan satu proyek untuk perusahaan biasa, tentu saja berbeda dengan mengerjakan proyek dari sebuah perusahaan nasional.
4. Jangan Abaikan Pesaing
Seberapa tinggi Anda mematok harga, tergantung dari seberapa tinggi harga yang berlaku di pasaran. Di sini, Anda akan berhadapan dengan banyak pesaing yang mungkin saja, akan mematok harga lebih murah, dengan kualitas yang sama.
Untuk mengetahui harga yang berlaku di pasaran, Anda bisa melakukan riset sederhana, misalnya dengan browsing atau bertanya langsung. Amati pula pengalaman dan popularitas yang mereka tawarkan—untuk menentukan berapa tarif ideal yang layak untuk Anda.
5. Seimbangkan dengan Kualitas Permintaan
Apakah permintaan proyek terlalu sulit? Apakah klien cenderung “banyak maunya” terhadap proyek yang sedang Anda kerjakan? Bila ya, penting untuk kembali memperhitungkan, apakah tarif yang sudah Anda patok benar-benar sesuai.
Karenanya, sebagai langkah antisipasi, Anda bisa menanyakan terlebih dulu jenis pekerjaan maupun tingkat kesulitan pekerjaan, sebelum memulai proyek. Memang, bagaimanapun, klien adalah raja yang harus dipuaskan. Namun, jangan sampai prinsip ini justru membuat Anda bekerja lebih keras dan merugikan Anda.
Baca Juga :
Jangan terlalu mudah menaikkan dan menurunkan harga secara berlebihan. Anda bisa membuat satu daftar sebagai tolok ukur berapa honor yang harus dibayarkan, sebagai upah kerja keras Anda.