Kita selalu beranggapan bahwa klien adalah Raja, sehingga kita sebagai freelancer selalu menghadapi “perintah” (menurut mereka benar) dari Raja-Raja yang berakibat fatal tersebut.
Terkadang dilema ini hadir bagi seorang freelancer, yaitu saat mempunyai proyek baru (setelah lama tidak mempunyai klien) maka klien akan di servis bagai seorang Raja karena kita membutuhkan uangnya untuk kebutuhan kita. Tapi disisi lain Sang Raja akan mem-manfaatkan kita se-enaknya mereka, yang seharusnya kita bisa pecat klien tidak berguna itu.
Sekelumit dilema dan cerita diatas dapat kita lihat seperti video berikut. thanks to thalia untuk linknya
sekardus ide
hehehe, jangan takut untuk memecat klien!
zamdesign
klien adalah raja, freelancer adalah (aria) rajasa
yahya
hahahaha …. hiks :\
hendrik
hahaha gila tuw kesian amat tuw dikerjain sama satu client, ga beres2.
Toni @ NavinoT
Lalu dimana klien harus ditempatkan? Sejajar? Sebagai tim? Atau apa? Bagaimana dengan memberi persepsi “raja” alias ekslusifitas?
Denny
Bagiku klien hanya sekedar partner, keduanya saling membutuhkan.
rama
setuju sama Denny, wong sama2 membutuhkan kok. dan pasti kontrak harus secara tegas membatasi hak dan kewajiban kita dan klien. Kalo emang diluar kontrak, ya saya minta tambah dong 😀
anggi krisna
saat ini yg sudah gue lakukan ke klien :
1. klien gue jadikan seorang partner yang mau bahu membahu membatu dalam penyelesaikan projek, bukan sekedar bos dan pesuruh.
2. klien mau diajak berdiskusi untuk mengambil sebuah keputusan yg baik untuk para usernya nanti.
3. klien mau memberikan/membelikan peralatan yang dibutuhkan provider untuk kebutuhan projek, misal dokumen, foto, script, dan plugin
4. Klien minta lebih, kita juga minta lebih dunk
5. Klien, kita berikan edukasi, karena mereka memilih kita sebagai expertise (konsultan) yang seharusnya mereka percaya dengan kemampuan kita
6. klien rewel dan tidak bisa diajak bekerjasama, hukumannya PECAT 😀 … rejeki masih luas ko di bumi ini 🙂
adit
perintah client tidak harus selalu diikuti, sbg freelancer yang kita tawarkan pada hakikatnya adalah konsultasi
sbg konsultan, kita haruslah selalu menawarkan opsi2 yang paling baik dari suatu masalah, yap keputusan memang selalu dilakukan di sisi client, tapi setidaknya kita nggaklah diam dan menerima segala hal begitu saja
terkadang yg terjadi itu kita yg ndak mau bicara dengan klien, kalo memang rewel kenapa tidak kita menaikan rate kita ?, kalo dia ndak mau, dan kitanya sudah mulai menyerah ……. ya tinggal cari client baru, kalo sudah dapat ya sudah lepas saja client yg lama
Ivan @ NavinoT
I don’t think so. Tapi paling penting adalah how you carry yourself from the beginning. Kalo anda sebagai freelancer menjunjung tinggi profesionalism, maka client bakalan sungkan juga untuk bertindak semena2.
Oh, always get second or third clients … 🙂
Pogung177
I hate clients
najeeb
Asik,..Video yg lo Posting mirip pengalaman gw Mas,..
tengkyuh ya,.
Dudy Adityawan
Tapi nampaknya hal seperti itu tidak berlaku di indonesia, pengalaman pribadi maen ke roxy pake baju butut (tujuannya c biar kagak dicopet or di palak) gw mw beli hape blackberry kan jauh dari bogor mana naek kereta kepanasan jadilah gw makin dekil and the kumel. eh pas gw nyamperin toko dicuekin gitu aja bahkan gw gak ditanya mw beli apa mas ?? sableng banget dah ntu akhirnya gw nemu toko yang baik penjualnya udah deh gw beli disitu. jadi kalimat pembeli adalah raja tidak berlaku di indonesia.
thalia
eh, ada link ke plurk gue… hihihi. thanks, nggi. i love that video, it’s hillarious 😀
imam
Clien kita Hormati 🙂
Dhani Baskhara
Client adalah raja, Freelancer adalah dewa..