Sudah tanya ke admin ruangfreelance di twitter, harus ngisi apa di artikel saya yang ke lima ini, akhirnya inilah artikel saya yang jujur sayapun agak enggan menulisnya. Loh? Hehe, lihat judulnya saja, adalah hal kapan kita harus memulai full time freelance. Sedangkan saya sendiri belum mencapai titik batas antara freelancer part time dan full time. Saya masih berada di zona nyaman, ya, di part time. Lantas haruskah saya lanjutkan artikel ini? Tentu, karena saya akan memberikan studi kasus ringan apa saja yang harus diperhatikan sebagai seorang full time freelance.
Menikmati kebebasan tanpa tekanan (bullying)
Sering sekali mendengar bukan, ada temen kantor di bullying bosnya sendiri. Bukan dari fisik, tapi dari kata-kata. Dari ucapan yang menyindir ringan sampai caci maki karena kerjaan sudah semaksimal mungkin masih saja mendapatkan apresiasi tidak layak karena kualitas kerja tidak sesuai atau karena hal lain dari si bos yang dibawa-bawa ke kantor dan mencari tempat pelampiasan. Atau anda sendiri mengalaminya? Untuk itulah freelancer full time dibutuhkan saat anda sendiri tidak lagi memungkinkan membangkitkan semangat kerja karena bos setiap saat menjadikan anda target bullying. Resiko freelancer fulltime jelas lebih mengarah hal teknis berupa kantong uang darurat (asuransi) dan masalah gaji. Selebihnya, bullying? hanya sebatas ketidakharmonisan dengan klien semata yang tentu tidak mungkin sampai sebullying si bos.
Bekerja dengan kapasitas maksimal
Anda pasti pernah bekerja dengan waktu 9 pagi to 5 sore dan di jam 3 sore saja sudah habis pekerjaan anda lakukan saking semangatnya. Sehingga sisa 2 jam itu anda habiskan dengan cuma-cuma. Atau sudah minta lembur sebulan penuh, eh, upah tak semestinya dengan waktu yang anda korbankan padahal bisa untuk mengisi waktu bersama keluarga, teman-teman dan kekasih. Inilah mengapa freelance yang anda lakukan sebelumnya hanyalah part time, atau pekerjaan yang anda lakukan sekarang perlu adanya perubahan ke arah full time freelancer. Dengan menjadi full time freelancer, maka anda dapat berkarya semaksimal yang anda bisa tentu dengan imbalan dari klien yang tentu lebih besar sesuai hasil kerja anda.
gambar oleh holidaymatinee dari Flickr
Mengerti akan pentingnya kuantitas dan kualitas waktu
Ya, kadang kualitas waktu menjadi lebih penting daripada kuantitas sebagai seorang pekerja. Lembut mengalahkan waktu penting keluarga. Akhirnya tak jarang keluarga lebih sering dikorbankan. Dengan freelancer full time, anda bisa mengukur diri anda sendiri, kapankah harus memiliki job dari klien dengan waktu yang dihabiskan banyak, dan kapan harus memiliki job dari klien yang bahkan hitungan 1-2 jam pekerjaan itu sudah selesai. Walau pendapat ini tak sepenuhnya benar, tapi diyakini oleh beberapa freelancer yang full time mereka lebih banyak memiliki waktu bersama keluarga. Contohnya, jerry aurum. Freelancer fotografi ini bahkan mengaku memiliki job hanya 5 klien dalam sebulan. Sehingga punya waktu yang lebih banyak untuknya dan keluarga, tentu job itu juga bernilai gaji yang besar.
Sekilas tentang fulltime freelancer diatas bisa lebih mencerahkan pemikiran anda untuk masa depan. Kenapa? ya, anda punya hal-hal yang lebih penting seiring bertambahnya usia tidak hanya diukur hanya dari uang. Tapi dari segi kelapangan waktu dan passion yang mana anda bekerja memang karena minat, dan kerelaan hati. Ayo, pikirkan, kenapa freelance yang anda tekuni sekarang sudah harus masuk ke wilayah full time. 🙂
Berita Ringan
Ane juga freelancer tpi males klo kerja fulltime, btw thanks sarannya
Tony Wu
Ketika saya membaca artikel Anda, wow.. anda boleh dianggap sebagai seorang psikiater hahaha.. ok becanda.. tp memang betul keseluruhan tentang baik ato buruknya kerja freelance full time.
Saya sendiri freelancer full time, saya menyukai pekerjaan freelance, juga menyukai kebebasan, karna kebebasan lebih memacu saya lebih kreatip dan semangat jika dibanding dengan bekerja dengan perusahaan lain, tapi bukan bekerja dengan orang lain tidak ada kebebasan yaa.. hehee.. tapi itu tergantung masing-masing kepribadian orang.
infotogr
dan saya mulai berpikir untuk menjadi freelance fotografer secara full time 🙂 thanks
Bobby Prabawa
Judulnya mengoda :Kenapa Freelancer Harus Sudah Mulai Kerja Full Time? Ya..karena godaan terbesar freelancer adalah menunda-nunda. Visioner : Ahh..entar aja kerjainnya, setelah jam 12 malem (gubrak). Managemen waktu freelancer itu penting, kalau tidak badan harus melanggar larangan Bang Oma: “Begadang Melulu Tiap Hari…hehehe. Terima kasih tipsnya yang super keren. Freelancer juga harus punya jadwal apa saja yang dikerjakan hari ini, biar nggak dikejar dateline di masa injuri time. 🙂