Tahukah Anda kalau tanggal 23 September ditetapkan sebagai Hari Freelancers Internasional? Enggak? Saya juga baru tahu, kok. đ
Nyatanya, Hari Freelancers Internasional ini memang baru dirayakan sejak 2010. Terkesan âterlambatâ?
Pemerintah Peduli?
Mungkin karena berkarier di jalur freelancing memang masih dilirik sebelah mata, ya (salah besar!). Jangankan di Indonesia, di Amerika Serikat pun ternyata begitu, lho. *hasil blogwalking ke beberapa situs freelancers asing* Coba saja tengok pidato para politisi ketika kampanye. Mereka selalu menyebutkan jargon seperti âMendukung pertumbuhan UMKM dan para pelaku bisnis yang terlibat di dalamnyaâ atau âMenciptakan lapangan kerja yang dapat menyerap sebanyak mungkin tenaga kerjaâ, tetapi hampir tidak ada yang, minimal, menyinggung tentang freelancing.
Padahal, di Amerika Serikat saja, sepertiga warga yang tergolong dalam usia angkatan kerja ternyata berkarier solo, part-time, atau freelancing (U.S. Bureau of Labor, 2005). Perbandingan ini tentunya berbeda untuk setiap negara, bisa juga angkanya lebih besar, termasuk untuk Indonesia. Tapi coba deh kunjungi website-nya Depnakertrans, jangan harap ada data tentang freelancers di sana. đ
(Free) E-book Tentang Overview Dunia Freelancing
Nah, untuk menyambut Hari Freelancers Internasional yang akan jatuh dua hari lagi berdasarkan GMT+7, ada satu e-book gratisan yang recommended untuk kita semua:
â2011 Freelance Industry Reportâ karangan Ed Gandia.
E-book ini memuat beragam informasi seputar dunia freelance yang berdasarkan pada studi atas lebih dari 1,200 responden yang seluruhnya adalah freelancers dengan lebih dari 24 bidang pekerjaan. Lumayan buat menambah wawasan tentang pasar freelancing global dan karier freelance yang kita tekuni selama ini.
Freelancing Facts
Beberapa informasi yang dimuat di e-book ini adalah,
Freelancers lebih menyukai gaya hidup independen
48% dari freelancers mengaku lebih banyak punya waktu luang daripada saat menjadi pegawai. Selain itu, 59% merasa lebih bahagia dibanding sebelum menjadi freelancer solo. 54% berkata mereka tidak akan mau bekerja sebagai pegawai lagi, berapapun gajinya.
Tantangan terbesar freelancers adalah menemukan klien – (kata 22% partisipan).
Freelancers rata-rata berpenghasilan cukup mapan
Walaupun intervalnya cukup jauh, 45% freelancers memiliki penghasilan antara $20 – $59 per jam. Selain itu, 26% memiliki penghasilan >$80 per jam dan 17% berpenghasilan >$100 per jam.
Wanita cenderung berpenghasilan lebih
Pada level penghasilan $11 sampai $89, wanita berpenghasilan lebih dari pria.Pada level $90+ per jam, pria mulai mengungguli wanita dalam penghasilan per jam.
Optimis!
78% responden merasa optimis dengan prospek bisnisnya di tahun depan.
Besarnya peranan social media
Social media (46%) adalah taktik marketing andalan freelancers yang masih akan terus menjadi primadona di tahun mendatang.
Freelancers yang berawal dari âkecelakaanâ ternyata baik-baik saja, tuh.
Freelancers yang berawal dari PHK memang berpenghasilan lebih sedikit dari yang dari awal âberniatâ jadi freelancers. Namun, 80% dari mereka merasa lebih bahagia daripada saat masih menjadi pegawai. 74% merasa optimis akan prospek bisnisnya, dan 30% berpenghasilan >$80 per jam.
***
Udah gratis, informatif pula. Apa ruginya meluangkan satu jam buat baca e-book ini? Sekalian memperlancar baca artikel berbahasa Inggris. Yuk!
Ananda Rizki
Wah baru tau ada hari freelancer internasional :D.
Sepertinya bakal menarik juga kalo RF melakukan survei yang sama untuk freelancer lokal, terus dikemas dalam sebuah ebook seperti diatas. (atau memang sudah pernah?)
Shinta Yanirma
doakan saja biar bisa terwujud đ untuk survey, selama ini ada polling kecil2an yang hasilnya bisa dilihat di http://www.ruangfreelance.com/pollsarchive/
randy yanuar
senang sekali profesi kita juga ada ‘hari’-nya.. :).
membuat saya bangga dan semangat menjadi seorang freelancer sejati..
“hidup freelancer..”