Bekerja di rumah — atau tempat lain selain kantor, apalagi dengan aturan serta waktu yang fleksibel, tentu saja jadi dambaan banyak orang. Andalah “bos” atas diri sendiri: satu-satunya orang yang menentukan apa yang harus dan tidak dilakukan, juga yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan diri sendiri. Memang, terdengar menyenangkan. Namun, rupanya pekerjaan fulltime freelancer bukanlah untuk semua orang. Sementara beberapa freelancer sukses dan semakin berkembang, tak menutup kemungkinan ada orang-orang yang ternyata tak bisa menjadi fulltime freelancer sebab kadung cocok dengan ritme kerja kantoran.
Mereka yang gemar bekerja dalam tim, melakukan presentasi, tukar ide maupun brainstorming, bahkan saling bercanda dengan rekan kerja—adalah orang-orang yang tidak cocok untuk pekerjaan jenis ini. Jadi, sebelum Anda benar-benar mengambil risiko, berikut adalah sembilan hal yang wajib jadi pertimbangan untuk menilai dan menentukan lagi, apakah Anda cocok menjadi seorang fulltime freelancer.
1. Anda akan Bekerja Sendiri
Memutuskan untuk menjadi seorang fulltime freelancer berarti siap untuk bekerja sendiri. Sementara sebelumnya Anda cenderung bekerja di tengah ramai ruangan dan hiruk-pikuk lingkungan kantor, ketika menjadi seorang fulltime freelancer, Anda harus siap bekerja di rumah (atau di tempat lain) yang umumnya terisolasi dari masyarakat.
Memang, tak menutup kemungkinan, Anda bisa pergi bertemu klien atau melakukan wawancara dengan para pembeli jasa. Namun, harus diingat, akan selalu ada saat ketika Anda hanya bekerja dengan diri Anda sendiri, sepanjang hari!
Nah, jika Anda terbiasa bekerja dengan keramaian orang-orang di sekitar Anda, mungkin ini saatnya untuk memikirkan lagi, apakah menjadi seorang fulltime freelancer adalah keputusan yang benar-benar tepat?
2. Anda Harus Bertanggungjawab pada Diri Sendiri
Menjadi seorang fulltime freelancer berarti bertanggung jawab penuh terhadap diri, juga pekerjaan Anda, lebih dari sebelumnya. Ingatlah, ketika menjadi seorang fulltime freelancer, tidak akan ada orang yang akan memonitor seberapa jauh pekerjaan Anda telah dikerjakan, atau seberapa tinggi target yang sudah Anda capai. Karenanya, untuk menjadi seorang freelancer yang sukses, penting bagi Anda untuk mengelola dan bertanggung jawab pada diri sendiri.
Jangan khawatir, sebab kini ada beragam alat, aplikasi, juga metode untuk membantu Anda fokus pada pekerjaan. Lakukanlah secara konsisten, hingga pada akhirnya Anda akan merasakan langsung dampak positif dari perubahan cara kerja.
3. Disiplin Tinggi
Penundaan, atau mengerjakan tugas sambil lembur, memang terlihat menggoda bagi seorang fulltime freelancer. Tapi harus diingat, bahwa sesungguhnya inilah yang terjadi: Anda terlalu banyak melakukan penundaan, berpikir bahwa pekerjaan bisa dilakukan di waktu berikutnya atau bahkan di malam hari. Maka terjadilah SKS (Sistem Kebut Semalam) yang membuat Anda lelah pada akhirnya, tidur lebih lama, dan cenderung bangun siang.
Sebuah ritme yang tidak efektif dan berisiko menjadi siklus yang sulit diubah.
Memang, seorang fulltime freelancer berarti bekerja untuk diri sendiri, dengan jam kerja dan aturan sendiri, sehingga sering kali, Anda berpikir: tidak apa-apa untuk tetap bekerja “sesuka hati.” Namun, harus diingat, kelelahan di malam hari dan bangun terlambat akan mengacaukan jadwal sepanjang hari. Bukan hanya tak efektif, hal itu juga tidak baik untuk kesehatan Anda.
Salah satu trik untuk mengatasi ini bisa dilakukan dengan menyesuaikan jam kerja dengan jam kerja kantor. Selain membuat pekerjaan selesai dengan efektif, bekerja pada jam-jam ini juga akan mengantisipasi risiko kesalahan, sebab kita cenderung mudah menghubungi klien.
4. Belajarlah Berkomunikasi dengan Klien
Kecuali Anda bekerja pada suatu sistem penyedia jasa, atau pada klien yang sudah bertahun-tahun ditangani, hambatan pertama para fulltime freelancer biasanya muncul saat berhadapan dengan klien. Bersikap sopanlah dan langsung pada topik ketika berinteraksi—bahkan ketika klien bersikap menyebalkan. Pikirkan ini: klien Anda adalah atasan Anda sekarang, maka perlakukanlah mereka dengan baik.
Biasanya, sebagian besar klien memilih untuk bekerja dengan para freelancer yang mudah bekerja sama dan selalu memberi solusi. Jadi, buatlah klien Anda terkesan, dan sebagian besar pekerjaan akan berjalan dengan lancar.
5. Negosiasi Itu Penting
Ketika Anda masih bekerja kantoran secara fulltime, inilah yang pasti Anda dapatkan: gaji tetap setiap bulan, kenaikan gaji setiap tahun, asuransi kesehatan, cuti, dan tunjangan lainnya. Namun saat memilih menjadi fulltime freelancer, maka penghasilan Anda akan tergantung kepada Anda. Nah, agar berhasil dan bekerja secara cerdas, Anda harus mampu menegosiasikan “harga” wajar untuk diri sendiri.
Tidak ada salahnya bila Anda memulainya dengan tarif rendah. Tentunya dengan catatan, Anda wajib terus memuaskan mereka, sehingga Anda bisa mendapatkan reputasi baik. Anda juga harus selalu meningkatkan keahlian agar layak mendapatkan bayaran tinggi. Ingat, gagal melakukan negosiasi harga akan membuat Anda terjebak di dalam “harga murah”—dan tidak akan ada orang lain yang akan membantu Anda mengubah itu.
Ada tip cepat untuk menaikkan “harga jual,” yaitu: memberikan harga yang lebih tinggi untuk klien baru—diukur dari klien Anda sekarang, dan bekerjalah selalu dengan lebih baik untuk mendapatkan lebih banyak proyek.
6. Mengontrol Emosi
Freelancing tidak akan menghindarkan Anda dari kemarahan klien, tuntutan tidak masuk akal, bahkan penolakan. Tidak seperti di tempat kerja—di mana semua berita buruk biasanya disampaikan dari atasan atau rekan kerja—menjadi freelancer akan membuat Anda mendengar langsung semua hal itu langsung dari klien!
Entah itu penolakan, permintaan tidak masuk akal, atau bahkan klien yang tidak puas, Anda perlu menangani beragam situasi tersebut dengan bijaksana. Anda harus bisa mengontrol emosi pada batasnya, dan bukannya menyerang atau mencari pembelaan. Dengan pengendalian emosi yang baik, Anda bisa mengurangi dampak kerusakan yang sudah terjadi. Ingat, pada klienlah hidup Anda kini bergantung, suka atau pun tidak, Andalah yang punya kendali penuh untuk menerimanya.
7. Harus Up-to-date
Agar tetap “selangkah lebih maju”, seorang fulltime freelancer harus tahu topik atau tema yang sedang populer belakangan ini. Tujuannya, tak lain untuk mengetahui bagaimana dampak tren tersebut bisa memengaruhi Anda langsung, dan bagaimana Anda bisa menggunakan peluang tersebut untuk keuntungan Anda.
8. Anda Butuh Dukungan Keluarga, Teman, Serta Orang Terdekat
Sebelum benar-benar memutuskan menjadi fulltime freelancer, pastikan bahwa keluarga Anda mendukung keputusan Anda. Sebab, ketika Anda mulai keluar dari pekerjaan fulltime, ada banyak hal-hal menegangkan, tidak nyaman, bahkan yang tidak sesuai dengan rencana, yang mungkin bakal terjadi.
Di sinilah dukungan keluarga atau orang terdekat sangat diperlukan, terutama untuk mencegah stres maupun perasaan tertekan yang bisa kapan saja datang dan memburuk. Di samping itu, tak bisa diingkari, teman juga merupakan sumber dukungan selama beberapa bulan pertama. Mereka bisa membantu menyebarkan berita tentang jasa Anda dan mengarahkan Anda kepada orang-orang dalam lingkaran sosial dan profesional mereka.
9. Tabungan Ekstra
Sebelum Anda benar-benar meninggalkan pekerjaan penuh waktu, persiapkanlah beberapa proyek freelancing sebagai sampingan Anda. Ini membantu Anda mengukur berapa peluang keberhasilan. Dan ketika Anda benar-benar sudah menjadi pekerja lepas, Anda sudah punya beberapa klien.
Anggap saja seperti mendirikan sebuah bisnis dari nol. Pada akhirnya, Anda tetap perlu mencari dan menemukan klien baru. Untuk proses ini Anda akan membutuhkan banyak waktu dan jaringan, sesuatu yang tidak perlu Anda lakukan pada saat bekerja penuh waktu.
Jangan lupa pula untuk menyisihkan sebagian dari keuntungan sebagai tabungan. Setidaknya, cukup untuk bertahan hidup selama 6 bulan setelah memutuskan menjadi fulltime freelancer.
Baca Juga :
- Waspada, Inilah Lima Risiko Kesehatan Freelancer dan Cara Menyiatasinya!
- Tips Menentukan Kemampuan Produktivitas Freelancer
Kunci sukses seorang fulltime freelancer adalah memperlakukan pekerjaan ini serupa bisnis. Ingatlah, Anda adalah CEO dan satu-satunya orang yang bertanggung jawab pada perusahaan freelance Anda.
zamiel
artikel bagus mas, memang untuk memutuskan jadi freelance banyak tantangan.. saya mulai menanyakan pada diri sendirk, apakah skill sy sudah siap untuk jadi freelance?