Sampai beberapa waktu lalu, saya masih percaya sama yang namanya kekuatan deadline. Alkisah, ada hukum sapujagat yang berkata, “Makin dekat menuju tanggal deadline, makin kreatif pula seseorang.” Mirip-mirip dengan kebiasaan manusia yaitu dalam keadaan kepepet, biasanya akalnya makin jadi.
Situasinya mirip-mirip seperti ini: kita sebagai freelancer diserahi proyek besar dengan jangka waktu lumayan panjang. Misalnya, 6 bulan. Yang terpikirkan oleh kita biasanya adalah, “Enam bulan? Dua minggu juga selesai. Nanti aja lah dikerjakannya, sekarang mending kerjain yang lebih mendesak. Syukur-syukur bisa cari proyek kecil yang bisa dikerjakan selama +- 5 bulan ini. Lumayan, sampingan.” Atas pertimbangan itu, tawaran atas beberapa proyek kecil-kecilan pun kita ambil. Eeh, nggak kerasa waktu lima setengah bulan berlalu dengan cepatnya dan kita pun kelabakan memenuhi deadline si proyek besar.
Lucky us, ujung-ujungnya proyek besar itu terselesaikan. *relieved sigh* Masalahnya, apakah kita mengerjakannya dengan effort optimal? Kalaupun optimal, memangnya enak punya perasaan seperti dikejar-kejar?
Sedihnya, walaupun kita sama-sama sadar akan beberapa kerugian menjadi deadliners, tetap saja suliiiit untuk berubah lantaran sudah terlanjur mendarah-daging. Lalu, kapan kita mau resign selamanya dari menjadi seorang deadliner? 😀
Berikut ini beberapa tips bagi Anda yang sudah bosan menjadi deadliner,
There is No Perfect Timing
Pernah menunda untuk mengerjakan sesuatu bukan karena malas melakukannya tetapi karena ingin melakukan yang terbaik? Kalau jawaban Anda ya, berhentilah berpikir demikian sekarang juga! Apapun yang Anda rencanakan, waktu yang sempurna untuk memulainya adalah detik ini juga.
Begadang Jangan Begadang
Dear freelancers, lirik lagu Bang Rhoma Irama ini ternyata bukannya tanpa tujuan, lho. Selain terbukti buruk bagi kesehatan (risiko kanker hati!), begadang pun buruk bagi kejernihan pikiran kita dalam bekerja. Boro-boro muncul ide-ide segar, yang ada bawaannya emosi melulu. Satu lagi, begadang tidak menambah jam kerja, begadang hanyalah utang waktu tidur yang tetap saja harus dibayar besok atau lusa.
Makin Lama, Makin Nihil
Makin lama jangka waktu Anda mengerjakan sesuatu, kemungkinan Anda akan menyelesaikannya cenderung makin kecil. Kesempatan kedua jarang terjadi, begitu pula motivasi dan inspirasi. Mereka bukanlah hal yang dapat datang setiap detik. Makanya, jangan menunda.
Yang Kecil Memang Lebih Enak
Maksud saya, bagilah proyek yang besar menjadi bagian-bagian kecil. Misalnya untuk contoh kasus proyek besar 6 bulan di atas, daripada menyebutnya satu proyek enam bulanan, lebih baik kalau kita menamakannya enam proyek satu bulanan. Atau, dua belas proyek dua mingguan. Dengan membagi proyek yang besar menjadi tahapan-tahapan kecil, kita akan merasa lebih baik ketika satu tahapan telah selesai. Selain itu, pada setiap deadline artifisial yang kita tentukan sendiri, kita dapat mengevaluasi apakah target yang (lagi-lagi) kita tetapkan sendiri telah tercapai atau belum.
Baca Juga :
Jadi freelancers, mari katakan tidak untuk deadliners! 😉
ricky
topik nya ngena banget nih,udah jadi kebiasaan sulit bgt buat di ilangin. hehee..
anggi krisna
gak kamu aja, ini semua karena SKS SISTEM KEBUT SEMALAM orang Indonesia yg selalu dijadikan kebiasaan
lalu JAM KARET yg gak pernah lepas :P, so perbaiki diri maka klien akan kasih project terus kok
Shinta Yanirma
kirain SKS cuma buat anak sekolahan aja mas :p
hb2
Procrastination… 😀 musuh besar freelancer (dan semua orang sih)
Adam Rachmad
“Makin dekat menuju tanggal deadline, makin kreatif pula seseorang”
entah yah, tpi slalu berhasil buat saya 😀 bukannya ngaret or ulur2 pekerjaan. Ide2 suka muncul aja kalo lgi kepepet 🙂
AMYunus
Karena jadi deadliner, gue jadi belajar ngoding ekspres xD