Freelancer Image via Shutterstock
Berbicara tentang freelancer tidak akan pernah terpisahkan dengan satu kata berikutnya: deadline. Garis mati? Iya, mati deh, kalau tidak diselesaikan tepat waktu. Karena, setiap melihat kalender atau jam, apa yang pertama diucapkan? “Mati deh gue!” 😆
Setiap ditanya mengapa belum dikerjakan, alasannya karena waktu masih lama atau proyek sebelumnya masih dikerjakan atau sedang mencari inspirasi (basi) dan berbagai excuse lain.  Memang ada bakat sebagai seorang deadliner sejati ya? 🙂
Take a look at this for a moment. Sepanjang yang saya pahami (eh, boleh ya disanggah kalau memang ada tambahan atau koreksi), ada tiga macam tenggat waktu yang sering dihadapi para pekerja (bebas) lepas ini.
“Besok Pagi. Pukul Tujuh. E-mail CC Ke Mr. X”
Oh, crap! Mendapat surel pada pukul sebelas malam ketika laptop sudah siap untuk dimatikan dan kita hanya punya dua ekspresi: tertawa miris atau melempar bolpoin dengan jengkel. (Eh, lempar BB Z10 juga nggak apa-apa sih kalau nilai proyeknya gede. Hihihi…) Lari ke dapur untuk membuat kopi atau ke kulkas dan mengambil sebotol minuman penambah energi? Bebas! Oh, saya selalu mendadak mulas jika hal ini terjadi. Tapi abaikan segala lebay itu, mulai kerjakan atau invoice tak akan pernah menggemukkan rekening Anda!
“Anda Punya Waktu Tiga Minggu Untuk Menyiapkan Bahan dan Presentasi”
Beres! Mempunyai banyak waktu untuk mencari referensi. Banyak waktu. Ulangi? Nope! Waktumu tak banyak, dude! Jika 21 hari itu Anda anggap masih lama, bersiap tersadar ketika sudah memasuki hari ke delapan belas dan semua bahan yang dibutuhkan belum tersedia. “Tenang, An.” Ini sering sekali saya dengar. Iya, sila. Asal jangan meminta saya untuk menemanimu begadang. Nanti diomelin Bang Haji.
“Revisi Kedua Dengan Catatan Tambahan”
*Glek* Rasanya baru mengirimkan semua file dengan perbaikan, belum dua jam berlalu sudah meminta revisi kembali? Apa sih yang kurang? Bukankah mereka yang sudah menyetujui perbaikan pertama? Setelahnya dikembalikan dengan highlight dan catatan yang bikin dongkol? Ok, nikmati sajalah. Terkadang, klien melakukan hal ini untuk menantang Anda mengeluarkan karya terbaik lho. Apalagi, jika klien itu sangat mengenal Anda, tentunya tak akan puas bila tugas yang diselesaikan hanya bisa dinilai dengan angka 65.
Sudah pernah merasakan ketiga situasi tersebut? Saya, ya. Untuk bagian kedua, sebanyak apapun waktu yang klien berikan, rasanya selalu terasa kurang. Ide-ide lain bermunculan dan memaksa untuk diikutsertakan. Cek kembali timeline tugas Anda. Bila sekiranya ide baru itu bisa dimasukkan pada tugas yang sedang dikerjakan, sila. Bila tidak, jadikan cadangan jika klien menginginkan pilihan lain.
Baca Juga :
Sering mendengar bahwa dalam keadaan terjepit, kita bisa menjadi lebih kreatif? Belum pernah? Buktikan hal itu suatu saat nanti. You’ll never believe in your own self can make a decision faster than you think. Itu namanya the power of kepepet. Berdamailah dengan tenggat waktu dan kerjakan. Memangnya punya pilihan lain? Ada. Tolak saja proyeknya.
Mungkin teman-teman ada tambahan lain? Silakan. 🙂