Aih, pasti sedap rasanya. Bayangkanlah sebuah dapur mungil pada rumah sempit, bisa menghasilkan masakan yang lezat dan dicari orang. Hasil dari sering stalking percakapan virtual di berbagai media sosial, banyak juga ternyata yang kepincut masakan seseorang dan bertanya apa bahannya? Atau membelinya di mana? Atau ada juga yang iseng berkomentar, “Mau dong intip dapur kerennya.” Setelah yang dikomentari mengunggah foto dapurnya yang ternyata kecil dan jauh dari gambaran ideal sebuah dapur untuk satu resep masakan istimewa, kira-kira apa yang ada di benakmu?
Freelancer Image via Shutterstock
Mulanya Diawali Keberanian
Banyak usaha catering yang berawal dari sebuah dapur sempit. Peralatan masak bahkan tak segan untuk meminjam kepada tetangga yang lebih lengkap. Jadi, sebenarnya tak usah minder dengan bisnis kue kering, tart, masakan untuk hajatan, atau sebut apa saja seputar kuliner itu, jika memang kamu memiliki bakat membuat sebuah kudapan atau sajian yang sedap nikmat (dan diakui keluarga, tetangga, serta teman-teman), beranikan diri memulainya.
Pinjam oven tantemu, pinjam loyang kakakmu, pinjam bahan-bahan dari temanmu. Mulai bereksperimen dan jual saja. Jangan takut gagal. Catat semua ukuran resep dimuali dari percobaan pertama. Biarkan para first tester merasakan dan membedakannya. Sebuah resep yang menurutmu gagal, bisa jadi justru menjadi favorit. Ingat kan, bahwa brownies pertama kali menjadi terkenal justru dari sebuah “kecelakaan di dapur”? Sekarang, modifikasinya sudah banyak. Sudah bosan makan brownies karena dibuat dari tepung terigu? Bagaimana kalau dibuat dari talas?
Rasa Terbaik Selalu Top of Mind
Aneka puding, cup cakes, kue lebaran, dan camilan lainnya sangat beragam bentuk, rasa, dan harga di masa sekarang. Saya ingat, saat kecil dulu, semua yang saya coba menjadi sangat membosankan karena standar. Mirip antara penjual A dengan lima penjual lain. Entah dengan daerah lain, karena teknologi informasi dulu kan minim. Sekarang, kita bahkan bisa membandingkan yang dijual di Medan dengan Makassar sementara posisi kita ada di Semarang.
Meski sekarang banyak ragam, kalau kita mau mencontoh yang klasik pun tak masalah. Semua sesuai selera pasar. Entah sudah berapa banyak varias kue kering kaastangels, dari dulu juaranya tetap milik saudara saya. Lidah saya sudah setia. *halah* Di butik kue ada yang jual dengan harga lebih mahal, rasanya? Sama saja. Jadi, mending pilih yang lebih murah, kan? Mungkin yang dijual di butik kue itu karena harus membiayai merek, ya? 🙂 Mungkin… Oh ya tentu saya juga merasakan kaastangels yang satu toples harganya hanya Rp 15.000,- lho. Rasanya? Ehm… Ada harga ada kualitas rasa, kan?
Untuk urusan masakan sebagai menu pendamping nasi, saya bukan penggemar fanatik satu koki. Selama masakan itu enak dan pas di lidah, saya akan suka. Beda kalau urusan sambal. Saya bisa riwil. “Keasinan!” “Kebanyakan vetsin!” “Hambar!” “Kemanisan!”
Kekuatan Testimoni
Haruskah sebuah citarasa istimewa memiliki logo atau merek? Entah, saya agak ragu menjawabnya karena bukan ahli branding. Ada yang mau memberi penjelasan? Sila, di kolom komentar yah 🙂
Ada berapa macam jenis sambal dadak sih di Indonesia? Ratusan macam kayaknya. Dari ujung Sabang sampai ujung Merauke, saya yakin banget setiap daerahnya ada khas sendiri. Bahkan, satu daerah pun bisa ada paling tidak lima macam *hasil survei iseng yang entah kapan, lupa.*
Saya, si penggila sambal, jujur sambil menahan air mata *drama dimulai* masih belum merasakan dahsyatnya sambal Bu Rudy yang terkenal dari Surabaya itu. Sedemikian enaknya kah? Satu hal yang pasti, aku selalu melihat di media sosial, top of mind untuk sambal pasti Bu Rudy. Menyusul kemudian sambal Bu Susan dari Bali. Maaf jika tulisan ini salah, mohon diralat. Ada koreksi sambal mana yang terenak se-Indonesia? 🙂
Mengapa yang enak selalu dicari orang? Karena para koki istimewa itu ‘berani bumbu, berani rasa’. Artinya, mereka hanya akan membuat masakannya terjamin enak dengan bahan-bahan yang berkualitas. Kalau memang harus menggunakan bahan impor (karena tak ada produsen lokal yang menyediakan), cobalah! Para pecinta makanan tak akan peduli dengan harga.
Nah, para penikmat kuliner khas Indonesia dan memiliki bakat memasak, cobalah memulainya sendiri dengan ciri khas yang akan menjadikanmu dikenal lebih luas. Pasar yang akan menguji rasa dan kekuatan pemasaran bisa menempatkanmu favorit di hati orang-orang hobi makan. Bisnis kuliner tak akan pernah ada matinya karena semua orang perlu makan. Benar kan yah?
(Kemudian saya mendadak lapar)