Selama menjadi freelancer, apa kamu pernah dibayar per jam? Kalau pernah, berapa tarifnya? Sepuluh, dua puluh lima, lima puluh USD per jam?
Berapapun itu, kamu dan saya tentu pernah menemui seorang freelancer dari Eropa atau Amerika yang rate-nya bisa ratusan dollar per jam. Lalu kamu dan saya akan bertanya dalam hati, apa sih rahasia mereka bisa minta bayaran setinggi itu?
Satu hal yang saya yakin betul: walaupun rate mereka bisa sampai lima atau sepuluh kali lipat kita, mustahil kalau keahlian mereka juga lima atau sepuluh kali lipat keahlian kita. Mungkin mereka lebih jago dari kita, tapi pastilah tidak sejauh itu bedanya. Dan dalam berbagai hal bisa jadi kita justru lebih jago dari mereka.
Lalu apa sih rahasianya?
Kemarin saya membaca sebuah quote yang bisa menjawab pertanyaan tadi:
“There are two reasons why you deserve your $250/hour rate: because you know how to build software, and because you know what not to build. If you can’t do the second one, you’re not going to make your $250 an hour. (sumber)”
Seorang klien, pada umumnya, tidak sepenuhnya mengerti apa yang ia inginkan. Mereka akan meminta kita menambahkan satu fitur di website mereka, tanpa mereka tahu bahwa fitur itu akan mengganggu pengunjung. Mereka akan datang pada kita dengan ide yang bagi mereka “cemerlang”, tetapi kita tahu persis dia akan gagal karena dia sebenarnya hanya ingin membuat sebuah situs kloning Facebook.
Seorang freelancer, pada umumnya, akan menyanggupi saja permintaan-permintaan tersebut. Secara finansial memang masuk akal: semakin banyak yang mereka minta, semakin banyak kita dibayar. Tidak perlu ambil pusing meski yang kita kerjakan akan berujung pada revisi berulang-ulang karena konsepnya sedari awal tidak tepat. Yang penting dollar masuk.
Tetapi, kata quote tadi, di sinilah perbedaan freelancer yang murah dan yang mahal. Freelancer murah sekedar mengiyakan. Freelancer 250 dollar/jam berani berkata tidak.
Freelancer yang mahal sanggup memperjelas visi klien-kliennya, menunjukkan jalan, memotong potensi kerugian di masa mendatang.
Freelancer yang mahal berani menolak ide klien-kliennya, lalu dengan pengalaman dan pemahamannya bisa menawarkan solusi yang lebih menguntungkan.
Freelancer yang mahal tahu persis kapan harus berkata tidak, dan untuk itu ia dibayar mahal.
Memang, tidak gampang berkata tidak. Butuh percaya diri yang tinggi. Dan rasa percaya diri itu harus disuplai dengan rentetan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan komunikasi yang mumpuni.
Tapi mulai dari sekarang, memang sudah seharusnya kita belajar berani berkata tidak.
anax kolonx
terkadang sy malah merasa gmn gtu kalau klien nglularin banyak uang,,hadudwwwhhh,,,apa yg salah dgn sy :-/
dedi
wah manteb mantebb.. 🙂 betul juga fizz 😀