Alasan semua ayah bekerja tentunya ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Segala cara diupayakan, termasuk bekerja segiat mungkin. Normalnya mungkin pergi pagi pulang sore. Namun, itu dulu, ketika kondisi lalu lintas tak segila saat sekarang. Lihatlah bagaimana saat ini, manusia urban berkejaran dengan waktu dan berlomba melawan arus kemacetan yang kian menggila. Pergi subuh pulang malam? Demikianlah yang dialami beberapa warga komuter (misalnya tinggal di Bogor dan bekerja di Jakarta Barat).
Jika para pekerja kantoran mendapat pertanyaan ringan, “Ayah kerjanya di mana, sih?” “Apakah kantor Ayah jauh dari rumah?” “Kenapa Ayah selalu pulang malam?” Maka untuk para freelancer yang selalu asyik duduk manis di teras atau ruang keluarga atau di pojok kafe sementara si anak asyik main di playground, pertanyaannya adalah, “Ayah kerjanya apa sih, kenapa gak ke kantor?” Mungkin saja, si kecil bertanya demikian karena kebanyakan ayah temannya pergi bekerja ke kantor.
Jika para pengusaha UKM bisa secara eksplisit menjelaskan pekerjaannya yang terlihat nyata. Misalnya penerimaan dan pengiriman barang, produksi barang di sebuah tempat, berjualan di rumah atau di ruko atau mana pun, dan kesibukan menerima dan melakukan panggilan melalui telepon bisa dilihat anak dengan baik. Maka, hal berbeda dialami oleh para pekerja lepas.
Bagi teman-teman freelancer yang pernah berbincang dengan saya, plus ternyata saya alami sendiri, ditanya oleh anaknya dengan kalimat sederhana namun membutuhkan penjelasan agak panjang dan berakhir dengan rentetan pertanyaan lanjutan. “Kerjaan Ayah apa sih?” Biasanya jika dijawab, “Bikin themes.” Maka bersiap mendapat pertanyaan berikutnya.
“Themes itu apa?”
“WordPress itu apa?”
“Di Internet ngapain aja?”
“Bosnya siapa?”
“Gajinya berapa?”
“Kantornya di mana?”
“Liburnya kapan?”
Dan mungkin pertanyaan lain yang di luar dugaan. Sudah pernah mendengar hal itu dari buah hatimu?
Atau, kamu yang masih single fighter, pernah mendapatkan pertanyaan polos dari keponakan, mengapa si Paman tidak bekerja padahal sudah tua? Hahahaha, saya pernah mendengarnya di suatu tempat entah di mana, “Mama, kenapa Om Reza gak kerja sih? Bangunnya siang melulu. Cuman bengong depan komputer sambil ngopi dan ngerokok. Kenapa kemaren Ferdi lihat Om Reza beli henpon baru yang mahal ya? Duitnya dari mana? Yang pasti bukan dari Eyang Kakung, kan?” Anak ini, mungkin sekitar delapan atau sembilan tahun, kritis dan super bawel. Ibunya, kewalahan dan salah tingkah. Saya melihatnya dari jarak sekitar setengah meteran, hanya bisa tersenyum dan ikut bingung. Sementara si Om yang diprotes, ada di sebelahnya, mendelik meledek dan kemudian tergelak.
Sesekali, tak ada salahnya ajak anak / keponakan mendekat saat kamu bekerja. Perlihatkan bagaimana kamu berkreasi di depan komputer atau laptop. Setelah si kecil puas terpana, jelaskan dengan bahasa sederhana bagaimana mendapatkan penghasilan dari kerja seperti itu. Mengapa tidak bekerja di kantor dan tak ada bosnya? Ada yang mengerti dan ada yang perlu beberapa waktu agar bisa memahami penjelasanmu. Tak mengapa. Anak era digital dan 4G biasanya akan mudah memahami cara kerja virtual dengan cepat dan baik. Benar, ya?
Apakah kamu memiliki pengalaman seru berkaitan dengan pertanyaan si kecil tentang pekerjaanmu itu? Mari berbagi di kolom komentar.
Salam.